Jumat, 09 Desember 2011 01:59
Oleh : Abu Ali Abdus Shobur
Dalam
kehidupan bermasyarakat tentunya kita akan mendapati berbagai macam
perangai manusia, ada yang baik dan ada pula yang buruk. Sebagai seorang
muslim, kita diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala untuk
memelihara perangai dan akhlak yang baik dan menjauhi perangai dan
akhlak yang buruk.
Tidak
sepantasnya bagi seorang muslim untuk berbuat yang tidak baik kepada
orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mempelajari
dan mengamalkan akhlak-akhlak yang bagus disamping kita juga butuh untuk
mengetahui akhlak-akhlak yang buruk agar kita bisa menjauhinya.
Orang
yang terbaik akhlaknya tentulah Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa
sallam karena akhlak beliau adalah Al Quran Al Karim yang merupakan
wahyu Allah Subhanahu wata'ala, sebagaimana dikatakan oleh Aisyah istri
Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan Imam
Ahmad dan yang lainnya
عن
سعد بن هشام بن عامر قال أتيت عائشة فقلت يا أم المؤمنين أخبريني بخلق
رسول الله صلى الله عليه و سلم قالت : كان خلقه القرآن أما تقرأ القرآن قول
الله عز و جل { وإنك لعلي خلق عظيم } قلت فإني أريد أن أتبتل قالت لا تفعل
أما تقرأ { لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة } فقد تزوج رسول الله صلى
الله عليه و سلم وقد ولد له
Baik dan buruknya akhlak tentulah menurut timbangan syariat
Islam, bukan semata-mata dengan timbangan adat kebiasan suatu tempat,
karena terkadang di suatu tempat ada akhlak yang dianggap baik, namun
ditempat yang lain akhlak itu dianggap sebagai akhlak yang jelek. Oleh
karena itu, hendaklah kita berusaha untuk mempelajari agama Islam ini
karena didalamnya terkandung berbagai macam hukum-hukum, baik yang
menyangkut masalah akhlak atau pun yang lainnya.
Pada
tulisan yang ringkas ini, kami ingin sedikit menjelaskan tentang salah
satu akhlak yang buruk yang wajib untuk kita tinggalkan karena bisa
memadhorotkan diri kita sendiri dan juga orang lain. Dengan meninggalkan
akhlak yang buruk ini, mudah-mudahan kita terhindar dari api neraka
Allah Subhanahu wata'ala, dan ini merupakan bentuk dari pengamalan
terhadap firman Allah Subhanahu wata'ala:
َا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan (At Tahrim :6)
Diantara akhlak buruk yang wajib untuk kita tinggalkan tersubut adalah dusta
Dusta
adalah apa saja yang menyelisihi kenyataan. Dan dusta ini merupakan
perbuatan buruk yang sangat berbahaya karena bisa membahayakan dirinya
sendiri dan juga orang lain. Namun sangat disayangkan, sebagian dari kaum muslimin menganggap dusta adalah hal yang biasa saja sehingga mereka pun bermudah-mudahan melakukannya. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ (105)
Sesungguhnya
yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman
kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (An Nahl : 105)
maka
sudah sepantasnya bagi kaum muslimin yang beriman kepada Allah
subhanahu wata'ala untuk menjauhi kedustaan karena itu merupakan
perbuatan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu
wata'ala.
Dahulu
orang-orang jahiliyah, yang dikenal dengan keburukannya, mereka saja
menganggap dusta merupakan perbuatan yang buruk, sebagaimana dalam kisah
Abu Sufyan (yang waktu itu masih musyrik) ketika beliau ditanya oleh
Raja Heraklius tentang sifat-sifat Nabi
Shollallahu 'alaihi wa sallam, maka beliaupun menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan jujur, dan beliau
berkata :
“Demi Allah, kalau seandainya dusta itu tidak berpengaruh buruk padaku, niscaya aku akan berdusta atasnya.”
Ini menunjukan kepada kita bahwa mereka kaum jahiliyah saja mengerti
tentang buruknya kedustaan, maka lebih pantas lagi bagi kita sebagi
seorang muslim untuk mengetahuinya dan juga menjauhinya.
Dusta
ini juga merupakan salah satu dari perangainya orang-orang munafik,
sebagaimana dalam hadits dalam shohihain dari hadits Abu Hurairoh beliau
berkata : bersabda Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam : tanda-tanda
munafik ada tiga, apabila dia berkata dia dusta, dan apabila dia
berjanji dia mengingkari, dan apabila dia dipercaya dia berkhianat.
Berkata
Al Imam An Nawawy dalam Shohih Muslim : para ulama berselisih pendapat
tentang makna hadits ini, dikatakan oleh ahlu tahqiq dan kebanyakan para
ulama dan itulah yang shohih dan yang terpilih bahwa
maknanya adalah bahwasanya ini adalah perangai-perangainya orang-orang
munafik, maka orang yang memiliki perangai-perangai ini berarti dia
telah menyerupai orang-orang munafik dan telah berakhlak dengan akhlak
mereka. Dan tidaklah yang dimaksudkan oleh Nabi Shollallahu 'alaihi wa
sallam bahwasanya dia telah terjatuh kedalam kemunafikan yang besar yang
akan kekal didasar api neraka.
Maka dari sini kita bisa mengambil faidah bahwasanya orang yang senang berdusta berarti dia telah terjatuh kedalam perangainya orang munafik, sehingga seharusnya bagi kita untuk menjauhi perbuatan tersebut.
Dusta
ini bisa pula mengantarkan pelakunya kedalam kefajiran (perbuatan
dosa), sebagaimana dalam Shohihain dari hadits Abdullah bin Mas'ud
bahwasanya Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا »
: sesungguhnya
kejujuran akan mengantarkan pelakunya kepada kebaikan, dan kebaikan
akan mengantarkannya kepada surga, dan senantiasa seorang itu jujur dan
berusaha untuk jujur sehingga dia ditulis disisi Allah subhanahu
wata'ala sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan
mengantarkan pelakunya kepada kefajiran, dan kefajiran akan
mengantarkannya kepada neraka, dan senantiasa seorang itu dusta dan
berusaha untuk dusta sehingga dia ditulis disisi Allah subhanahu
wata'ala sebagai pendusta.
Dalam
hadits yang mulia ini Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam
menganjurkan umatnya untuk senantiasa jujur karena akan mengantarkan
kedalam surga Allah Subhanahu wata'ala dan juga beliau memperingatkan
untuk menjauhi kedustaan karena bisa mengantarkan kedalam neraka Allah
Subhanahu wata'ala. Dan ini merupakan bentuk kasih sayang Rosulullah
shollallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya.Beliau selalu mengajak
umatnya untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang akan mengantarkannya
kepada surga Allah Subhanahu wata'ala dan beliau pun memperingatkan
umatnya dari hal-hal yang bisa mengantarkannya kedalam neraka Allah
Subhanahu wata'ala.
Dan kedustaan yang paling besar adalah kedustaan atas nama Allah Subhanahu wata'ala, sebagaimana dalam firmanNya:
َمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (32)
Maka
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta
terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? (Az Zumar : 32)
Dan firmanNya:
وَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ
لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (68)
Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak[1159] tatkala yang
hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (Al 'Ankabut : 68)
Dalam
ayat-ayat diatas, Allah Subhanahu wata'ala mengancam orang yang berbuat
kedustaan atas Allah Subhanahu wata'ala dengan neraka jahannam, maka
ini menunjukan bahwa hal tersebut merupakan dosa yang besar disisi Allah
subhanahu wata'ala.
Kemudian
diantara kedustaan yang besar adalah berdusta atas nama Rosulullah
Shollallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Al Imam AlBukhori dan Al Imam Muslim, Rosulullah Shollallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
« مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ ».
“Barangsiapa yang mengadakan kedustaan atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia persiapkan tempat duduknya dari api neraka.
Hadits
ini menunjukan pula bahwa berbuat dusta atas Rosulullah Shollallahu
'alaihi wa sallam merupakan dosa besar, karena pelakunya diancam akan
dimasukkan kedalam neraka.
Dusta
itu sangatlah beraneka ragam jenis dan modelnya, sehingga seseorang
haruslah berhati-hati darinya. Diantara contoh dusta yang sering
dianggap remeh adalah :
menjanjikan
kepada seorang anak dengan sesuatu namun dia tidak memberikannya,
seperti perbuatan seorang ibu yang mengatakan pada anaknya : kemarilah,
nanti saya beri hadiah ini, namun setelah anak tadi datang , si ibu
tidak memberikan kepadanya sesuatu apapun.
Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه و سلم انه قال : من قال لصبي تعال هاك ثم لم يعطه فهي كذبة
barangsiapa
yang mengatakan kepada seorang anak kemari ambillah ini, kemudian dia
tidak memberinya sesuatu, maka dia telah dusta. (HR.Ahmad dari Abu Hurairoh)
Mungkin
hal ini dianggap sepele, namun akibat dari perbuatan ini sangatlah
besar, disamping mendapatkan dosa dari perbuatan dustanya, dia juga pada
hakekatnya telah mengajari pada anak tersebut untuk melakukan
kedustaan, sehingga kelak sang anak juga akan meniru perbuatan orang
tuanya itu.
Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً
فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا
وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ
سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ
مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ ».
“Barangsiapa
yang membuat contoh dengan contoh yang baik dalam Islam, kemudian
diikuti (diamalkan) oleh orang yang setelahnya, maka dia akan
mendapatkan pahala semisal pahala orang yang mengamalkannya tanpa
mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun, dan barangsiapa
yang membuat contoh dengan contoh yang jelek dalam Islam, kemudian
diamalkan oleh orang yang setelahnya, maka dia akan mendapatkan dosa
semisal dosa orang yang mengamalkannya dengan tanpa mengurangi dosa orang yang mengamalkannya sedikitpun. (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah)
Contoh
bentuk dusta lain yang dianggap sepele adalah berdusta dalam rangka
untuk bermain-main atau bercanda. Ini juga banyak kita jumpai
disekeliling kita,dan tidak sedikit yang melakukannya. Mereka menyangka
bahwa hal ini tidaklah mengapa, namun Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa
sallam telah bersabda:
عن بهز بن حكيم عن أبي عن جدي قال : سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول ويل للذين يحدث بالحديث ليضحك به القوم فيكذب ويل له ويل له
kecelakaan bagi orang yang mengatakan dengan suatu perkataan (yang dusta) dalam rangka untuk membuat orang lain tertawa, kecelakaan baginya, kemudian kecelakaan baginya. (HR. At Tirmidzi dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya).
Asy
Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin mengatakan dalam syarah
Riyadhus Sholihin : hadits ini merupakan ancaman atas suatu perkara yang
sering dilakukan kebanyakan manusia(yaitu berdusta untuk melawak; manusia banyak yang melakukan hal ini dan tidak menyadari ancaman dari Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam )
Inilah
diantara model atau bentuk kedustaan yang mungkin seseorang
menganggapnya biasa saja, sehingga diapun terjerumus kedalamnya. Dan
disana masih banyak model dusta yang lainnya. Semoga apa yang kami
sebutkan ini bermanfaat bagi kita semuanya. Sebuah koreksi yang mendalam
terhadap perangai yang ditengah-tengah masyarakat kita dianggap
biasa.Sehingga, budaya dusta ini,dewasa ini telah melahirkansebuah
generasi yang mencampakkan kejujuran pada relung-relung yang
terdalam.Dan ketahuilah,bahwa korupsi dan manipulasi adalah buah dari
budaya penuh kedustaan.
Pada akhirnya, sebagai penutup, kami ingatkan dengan firman Allah subhanahu wata'ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (119)
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang – orang yang jujur (At Taubah :119)
Semoga
Allah subhanahu wata'ala menjadikan kita semua termasuk dari
hamba-hamba Allah Subhanahu wata'ala yang jujur dan bertakwa kepadaNya. Wallahu A'lam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar