Kamis, 15 Desember 2011

Wirid Pagi Petang Rasulullah Perisai Segala Kejelekan, Sebab Segala Kebaikan


Oleh: Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc.

Keutamaan Waktu Pagi dan Petang
Waktu pagi –sejak masuk waktu subuh hingga terbit matahari- dan waktu petang –sejak masuk shalat ashar hingga tenggelam matahari- adalah dua waktu yang sangat dianjurkan untuk seorang berdzikir, bermunajat kepada Allah. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Al-Ahzab: 41-42)
فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (nya). (Qaaf:39)

Tauladan Rasulullah Saw dalam Wirid Pagi dan Petang

Tidak diragukan, dan wajib diyakini bahwa Rasulullah saw tauladan dalam segala hal, tauladan yang tidak akan salah, apa yang beliau bawa adalah wahyu dari Allah ta’ala. Termasuk dalam hal wirid pagi dan petang, beliau adalah orang yang paling mengerti bagaimana mengimplementasikan perintah-perintah Allah untuk berdzikir di waktu pagi dan petang.

Di antara pengamalan Rasulullah SAW terhadap ayat-ayat di atas, seusai sholat subuh di masjid, beliau duduk di masjid berdzikir dan berdoa hingga terbit matahari, lalu beliau lanjutkan dengan shalat di waktu Dhuha. Bahkan beliau dorong umat ini dengan pahala besar bagi mereka yang banyak berdzikir di waktu pagi dan petang, diantaranya sabda beliau dalam Sunan At-Tirmidzi:

من صلى الفجر في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: تامة تامة تامة".

Barangsiapa shalat subuh berjamaah kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari lalu ia shalat dua rakaat maka ia akan memperoleh pahala seperti seorang yang haji dan umrah. Rasulullah saw bersabda: sempurna, sempurna, sempurna. (HR. Tirmidzi no.586 berkata Syaikh Al-Albani : Hasan)

Diantara Wirid Rasulullah saw
Makalah ini bukan dimaksudkan mengumpulkan semua wirid Rasulullah saw di waktu pagi dan petang, hanyalah maksud kita memberikan isyarat kepada sebagian dzikir tersebut dengan harapan mendorong seorang muslim lebih mengerti tuntunan Rasulullah saw yang demi Allah banyak dari manusia secara sengaja atau tidak sengaja berpaling dari cahaya yang dibawa Rasulullah saw bahkan mengambil ilmu dari sumber yang tidak pasti, ibarat seorang pengumpul kayu bakar di malam hari semua yang ia raba diambilnya, ia tidak sadar bahwa diantara yang diambilnya adalalah ular yang membinasakannya. Demikianlah perumpamaan seorang yang sembarang dalam mengambil ilmu, tidak peduli apakah ilmu itu benar-benar dari Rasulullah saw atau rekayasa pikiran dan hawa nafsu manusia, Allahul Musta’an.

Pertama:
Dari Utsman bin Affan, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah menimpa kemadharatan sedikitpun jika seorang hamba membaca di tiap pagi dan petang:
بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شيءٌ في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم
Dengan menyebut nama Allah Dzat yang tidak akan membahayakan -bersama nama-Nya- sesuatupun makhluk di langit dan di bumi, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dibaca tiga kali (HR. At-Tirmidzi beliau berkata: Hadits ini Hasan Shahih).
Dan adalah Aban –salah seorang perawi hadits- terkena lumpuh separuh pada badannya, hingga seorang memandangnya (dengan keheranan saat Aban menyampaikan hadits) Aban pun berkata: Mengapa engkau melihatku? Adapun hadits, sungguh ia seperti apa yang kusampaikan padamu, akan tetapi aku tidak membaca doa ini di hari sakit menimpaku, itu berjalan dengan taqdir Allah ta’ala.

Kedua:
Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah saw bersabda: Jika Engkau masuk di waktu pagi bacalah:
اللهم بك أصبحنا وبك أمسينا وبك نحيى وبك نموت وإليك المصير.
“Ya Allah, karena Engkau aku masuk di waktu pagi dan karena Engkau pula Aku masuk di waktu petang, karena Engkau aku hidup, karena Engkau pulalah aku mati dan kepada-Mu lah kembali.” Dan jika engkau masuk di waktu sore hari bacalah :
اللهم بك أمسينا وبك أصبحنا وبك نحيى وبك نموت وإليك النشور" هذا حديثٌ حسنٌ
“Ya Allah, karena Engkau aku masuk di waktu sore dan karena Engkau pula Aku masuk di waktu pagi, karena Engkau aku hidup larena Engkau pulalah aku mati dan kepada-Mu lah manusia dibangkitkan.” (HR. At-Tirmidzi beliau mengatakan: Hadits ini Hasan)

Ketiga:
Dari Syaddad bin Aus Ra Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Maukah kutunjukkan padamu (wahai Syaddad) sayyidul istighfar (pengulu istighfar)? ucapkanlah:
اللهم أنت ربي لا إله إلا أنت خلقتني وأنا عبدك وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت أعوذ بك من شر ما صنعت وأبوء لك بنعمتك علي وأعترف بذنوبي فاغفر لي ذنوبي إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت.
Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seseorang mengucapkannya  di waktu sore lalu datan ajal sebelum waktu pagi kecuali dia akan mendapatkan jannah, dan tidaklah ia ucapkan di waktu pagi lalu datang ajal sebelum pagi  kecuali dia akan mendapatkan jannah (HR. At-Tirmidzi)

Keempat:
Dari Abdullah bin Mas’ud Ra, Rasulullah mengajarkan dzikir sore:
أمسينا وأمسى الملك لله. والحمد لله. لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير. اللهم أسألك خير هذه الليلة. وأعوذ بك من شر هذه الليلة. وشر ما بعدها. اللهم إني أعوذ بك من الكسل وسوء الكبر. اللهم إني أعوذ بك من عذاب في النار وعذاب في القبر.
Kami masuk waktu sore, demikian pula seluruh kerajaan, semuanya milik Allah. Segala puji bagi Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, milik Dia-lah seluruh kerajaan, dan milik Allah sajalah segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah aku memohon kepadamu segala kebaikan pada malam ini dan aku berkindung dari segala kejelekan pada malam ini dan kejelekan sesuahnya. Ya Allah Aku berlindung kepada-Mu dari sifat malas dan masa tua yang jelek, Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari Adzab neraka dan adzab Kubur. HR. Muslim (4/2088 no.2723)

Kelima:
Dari Abu Hurairah Ra, suatu saat berkata Abu Bakr: Wahai Rasulullah ajarkanlah aku sesuatu kuucapkan di waktu pagi dan petang. Rasulullah saw bersabda: Ucapkanlah
اللهم عالم الغيب والشهادة، فاطر السماوات والأرض رب كل شيء ومليكه أشهد أن لا إله إلا أنت أعوذ بك من شر نفسي ومن شر الشيطان وشركه
Ya Allah, Dzat yang mengetahui perkara yang ghaib dan nyata, pencipta langit-langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan pemiliknya, aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak untuk diibadahi melainkan engkau, Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan diriku, dan dari kejelekan syaiton dan sekutunya.[1] (HR.At-Tirmidzi beliau berkata: Hadits Hasan Shahih)

Adz-Dzabh (Menyembelih) adalah Ibadah
Diterjemahkan oleh dari tulisan Asy-Syaikh  Sa’d bin Hamad bin ‘Ali bin ‘Atiq
(1349 H)
                 
Tidak diragukan bahwa bertaqarrub kepada Allah I dengan Adz-Dzabh (menyembelih) termasuk ibadah yang paling utama, ketaatan yang paling agung, semulia-mulianya kebaikan dan seutama-utamanya nafaqah yang berpahala besar bagi seorang muslim. Semua itu tentu jika tujuannya benar dan terbebas dari berbagai noda dan sebab-sebab yang menghapuskan amalan dan menjadikannya sia-sia, atau diiringi dengan berbagai kemaksiatan, yang denganya seorang justru akan disiksa sebagaimana akan datang penjelasannya.  
Allah I berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb (Pencipta, Penguasa dan Pengatur) alam semesta. tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Al An’am : 162-163
Allah juga berfirman :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah (karena Rabbmu).” Al Kautsar:2
                  Al-Imam Ibnu Katsir t berkata menafsirkan ayat pertama: “Allah I memerintahkan beliau r untuk mengkhabarkan kepada orang-orang musyrik bahwasanya shalat dan sembelihan beliau r hanyalah untuk Allah semata, (tidak sebagaimana musyrikin) yang mereka menyembah berhala dan menyembelih untuknya. Kemudian Allah I memerintahkan beliau r untuk menyelisihi dan mengingkari perbuatan mereka serta memerintahkan untuk beribadah dengan niat, tujuan dan maksud yang ikhlas karena Allah semata.
Berkata Mujahid[2] t: lafadz “An-Nusuk” –dalam firman Allah: (نُسُكِي ) –maknanya: “Sembelihan yang dilakukan ketika haji dan umrah”.[3]
Berkata Ats-Tsauri[4] t, dari As-Suddi[5], dari Sa’id bin Jubair[6], bahwa makna “(نُسُكِي)” adalah “sembelihanku”. Demikian Adh-Dhahhak berkata[7]. Selesai perkataan Ibnu Katsir t. [8]
                  Maka apa yang disembelih seorang muslim untuk bertaqarrub kepada Allah I, baik berupa hadyu, kurban atau sembelihan  syar’i lainnya[9]  semua termasuk ibadah yang Allah I perintahkan kepada hamba-Nya.

[Peringatan Dari Dosa Yang Tidak Diampuni.]
Karena menyembelih adalah salah satu jenis ibadah, oleh karenanya siapapun melakukan amalan tersebut untuk selain Allah, maka Yang melakukannya keluar dari lingkaran islam, dan ia akan kekal selamanya di dalam neraka jika tidak bertaubat dari kesyirikannya.                 
Dahulu, orang-orang musyrik bertaqarrub kepada berhala-berhala dengan berbagai bentuk qurbah (ibadah) seperti menyembelih, bernadzar dan yang lainnya. Semua itu adalah bentuk kesyirikan yang Allah I haramkan. Allah mengkhabarkan bahwasanya Dia tidak akan mengampuni dosa syirik sebagaimana firman-Nya : 

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang dibawah syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya An-Nisa: 48, 116.
Allah juga berfirman :
 وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), sungguh akan hapuslah amalmu dan pasti kamu termasuk orang-orang yang merugi”. Az-Zumar:65.[10]
Dalam ayat lain Allah berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah haramkan atasnya surga, dan tempat kembalinya adalah neraka.” Al Mai’dah:72
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Bakrah t dari bapaknya, berkata: Nabi r bersabda

ألَا أُنَبِّئُكُمْ بأكْبرِ الكَبائِرِ؟. ثَلاثًا، قالوا: بَلَى يَا رَسولَ اللهِ، قال: الإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ - وَجَلَسَ وَكانَ مُتَّكِئًا، فَقال - أَلا وَقَوْلُ الزُّوْرِ)). قال: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ.


“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar? (beliau mengulangi pertanyaan tiga kali). Mereka menjawab: Tentu wahai Rasulullah. Beliau bersabda “Yaitu; menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua”. Semula Rasulullah r bersandar, lalu duduk, kemudian bersabda: “Dan persaksian palsu”. Beliau terus mengulang-ulangnya, sampai kami mengatakan (dalam hati), Mudah-mudahan beliau diam.[11]
Dari Shahabat Abdullah bin ‘Abbas h, beliau meriwayatkan bahwasanya Rasulullah r pernah ditanya tentang dosa-dosa besar. Maka beliau r menjawab :
 الشِّرْكُ بِاللهِ, وَالْيَأْسُ مِن رَوْحِ اللهِ, والأمْنُ مِن مَكْرِ اللهِ.
“(Termasuk dosa-dosa besar) adalah berbuat syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah dan merasa aman dari makar Allah”.[12]
Dari Ibnu Mas’ud t berkata : 

أَكْبَرُ الكَبائِرِ الإشْراكُ بِاللهِ, والأمْنُ مِن مَكْرِ اللهِ والقُنُوتُ مِن رَحْمَةِ اللهِ وَالْيَأْسُ مِن رَوْحِ اللهِ.

“Dosa-dosa besar yang paling besar adalah berbuat syirik kepada Allah, merasa aman dari makar Allah dan putus asa dari rahmat Allah”.[13]

[Dali-dalil Tentang Terlaknat dan Kufurnya Menyembelih Untuk Selain Allah][14]
Dalam Shahih Muslim, Sahabat Ali bin Abi Thalib t berkata: Rasulullah r memberitahukan kepadaku empat perkara yaitu: “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat orang yang melindungi muhdits[15] dan Allah melaknat orang yang merubah batas-batas[16] bumi.”[17]
                  Diriwayatkan pula dari Sahabat Thariq bin Syihab t, bahwasanya Rasulullah r bersabda :

دَخَلَ الجَنَّةَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ وَدَخَلَ النارَ رجلٌ في ذُبَابٍ» قالوا: وَكَيْفَ ذلِك يا رَسولَ اللهِ؟ قال: «مَرَّ رَجُلانِ عَلَى قَوْمٍ لَهُمْ صَنَمٌ لا يَجُوْزُهُ أَحَدٌ حَتّىَ يُقَرِّبَ لَهُ شَيْئاً، فَقالوا لِأَحَدِهِمَا: قَرِّبْ! قَال: لَيْسَ عِنْدِي شَيْءٌ أُقَرِّبُ. قَالُوا لَهُ: قَرِّبْ وَلَوْ ذُبَاباً. فَقَرَّبَ ذُبَاباً، فَخَلُّوا سَبِيْلَهُ، فَدَخَلَ النَّارَ. فَقالوا لِلْآخَرِ: قَرِّبْ ! فَقَال: مَا كُنْتُ لِأُقَرِّبَ لِأَحَدٍ شَيْئاً دُوْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ. فَضَرَبُوا عُنُقَهُ، فَدَخَلَ الجَنَّةَ

“Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula”. Para sahabat bertanya, Bagimana hal itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab : “Dahulu ada dua orang yang berjalan melewati suatu kaum yang memiliki berhala, yang tidak seorang pun diperkenankan melewatinya sebelum mempersembahkan sesuatu kepadanya. Maka berkatalah mereka kepada salah satu diantara keduanya: ‘Persembahkan kurban kepadanya !’ Dia menjawab: ‘Aku tidak mempunyai sesuatu untuk kupersembahkan.’ Mereka menimpali: ‘Persembahkan walaupun seekor lalat’. ia pun mempersembahkan lalat. lalu mereka memperkenakannya untuk meneruskan perjalanan, maka (dengan sebab itulah) ia masuk neraka. Kemudian mereka berkata kepada yang lain: ‘Persembahkan kurban kepadanya !’ Dia menjawab: ‘Tidak pantas bagiku untuk mempersembahkan sesuatu kepada selain Allah U !.’ Maka mereka memenggal lehernya, sehingga ia pun masuk surga”.[18]



[1] Doa ini juga dibaca saat hendak tidur.
[2] Abul Hajjaj, Mujahid bin Jabr Al-Makhzumi Al-Makki, tsiqah, imam di bidang Tafsir. Wafat tahun 101 H. Lihat At-Taqrib: 520.
[3] Dikeluarkan oleh Ath-Thabari dalam At-Tafsir no.14296.
[4] Abu ‘Abdillah, Sufyan bin Sa’id bin Masruq Ats-Tsauri Al-Kufi. tsiqah, Hafidz, Faqih, ‘Abid, Imam, hujjah, terkadang beliau melakukan tadlis. Wafat tahun 161 H. Lihat At-Taqrib :244.
[5] Abu Muhammad, Isma’il bin ‘Abdirrahman bin Abi Karimah Al-Kufi. Shaduq yahim.
[6] Sa’id bin Jubair Al-Asadi -maula bani Asad- Al Kufi. Tsiqah, tsabt, faqih. Wafat tahun 95 H. Lihat Taqrib: 234.
[7] Abul Qasim, Adh-Dhahak bin Muzahim Al-Hilali. Shaduq (jujur) namun banyak meriwayatkan secara irsal (terputus sanadnya). Wafat tahun 101 H. Lihat Taqrib: 280.
[8] Tafsir Ibnu Katsir 3/377.
[9] Seperti aqiqah, hadyu, nadzar
[10] Lihatlah, betapa tandasnya peringatan Allah atas manusia dari kesyirikan. Para nabi dan rasul, termasuk nabi Muhammad saw seandainya melakukan kesyirikan, Allah akan hapuskan dan gugurkan semua amalan yang telah dilakukan betapapun besarnya amalan mereka, lalu bagaimana jika yang melakukan kesyirikan selain nabi dan rasul? hanya saja nabi dan rasul mereka ma’shum, dijaga oleh Allah dari kesyirikan, adapun selain mereka tidak ada jaminan hanyalah yang kita lakukan selalu memohon pertolongan kepada Allah dari kesyirikan dan melindungi diri kita dari perbuatan-perbuatan yang menggugurkan amalan -ed
[11] Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya no. 2654, 5976, 6273,6274, 6919 , Muslim no. 87 dan At-Tirmidzi dalam Al Jâmi’ no. 2302.
[12] Dikeluarkan oleh Al Bazzar dalam Al-Musnad no. 106, Ath-Thabarani dalam Al Ausath seperti dalam Majma’ Az-Zawâid (1/104). Al Haitsami berkata: Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Ath-Thabarani. Perawi-perawinya tsiqah (terpercaya). Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim dalam At-Tafsir dengan sanad hasan seperti dalam Addur Al Mantsur 2/147. Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya 2/243. : dalam isnadnya ada nadzar. Dan yang lebih benar bahwasanya hadits tersebut mauquf.
[13] Dikeluarkan Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf 10/459, Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya no: 9190, 9193, 9196. Ath-Thabarani dalam Al Kabir: 8783.  ‘Abd  bin Humaid, Ibnul Mundzir, Ibnu Abi Dunya dalam Kitab At-Taubah seperti dalam Addur Al Mantsur 2/197. Al Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya: 2/243: itu shahih tanpa diragukan. Berkata Al Haitsami dalam Majma’ Az-Zawâid: 1/104 : Isnadnya shahih.
[14] Semua dalil-dalil tentang kafirnya orang yang mensekutukan Allah dalam beribadah adalahjuga dalil akan kafirnya menyembelih untuk selain Allah, seperti dalil-dalil yang dinukilkan penulis sebelumnya, karena menyembelih adalah ibadah, maka barangsiapa menyembelihnya untuk selain Allah seperti yang banyak dilakukan di negeri ini di bulan muharram dalam acara sedekah bumi atau larungan perbuatan itu tergolong syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari islam –ed.
[15] Muhdits artinya orang yang  melindungi pelaku kejahatan dan melindunginya dalam khusumah (yakni  agar tidak ditegakan hukum had padanya, padahal ia berhak). Dalam sebagian riwayat menggunakan kalimat “Muhdats” yakni ridha dan tidak mengingkari kebid’ahan padahal mampu –pent).
[16] Yakni papan penunjuk jalan dan batas-batas tanah. Al Mashdar As-Sabiq.
[17] HR. Muslim : 1978, An-Nasa’i dalam Al Mujtaba 7/232, Ahmad dalam Al Musnad 1/108, 118, 152. Lihat kelengkapan takhrijnya dalam Fathul Majid.
[18] Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Az-Zuhd no. 22 dan Abu Nu’aim Al-Ashbahani dalam Al-Hilyah (1/203) secara mauquf dari Shahabat Salman Al Farisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar