Oleh: Al-Ustadz Abu
Ismail Muhammad Rijal, Lc.
Waktu
pagi –sejak masuk waktu subuh hingga terbit matahari- dan waktu petang –sejak
masuk shalat ashar hingga tenggelam matahari- adalah dua waktu yang sangat
dianjurkan untuk seorang berdzikir, bermunajat kepada Allah. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ
ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi
dan petang. (Al-Ahzab: 41-42)
فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ
بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan
bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam
(nya). (Qaaf:39)
Tauladan
Rasulullah Saw dalam Wirid Pagi dan Petang
Tidak
diragukan, dan wajib diyakini bahwa Rasulullah saw tauladan dalam segala hal,
tauladan yang tidak akan salah, apa yang beliau bawa adalah wahyu dari Allah
ta’ala. Termasuk dalam hal wirid pagi dan petang, beliau
adalah orang yang paling mengerti bagaimana mengimplementasikan
perintah-perintah Allah untuk berdzikir di waktu pagi dan petang.
Di antara pengamalan Rasulullah SAW terhadap ayat-ayat
di atas, seusai sholat subuh di masjid, beliau duduk di masjid berdzikir dan
berdoa hingga terbit matahari, lalu beliau lanjutkan dengan shalat di waktu
Dhuha. Bahkan beliau dorong umat ini dengan pahala besar bagi mereka yang
banyak berdzikir di waktu pagi dan petang, diantaranya sabda beliau dalam Sunan
At-Tirmidzi:
من صلى الفجر في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى
ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: تامة تامة
تامة".
Barangsiapa
shalat subuh berjamaah kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit
matahari lalu ia shalat dua rakaat maka ia akan memperoleh pahala seperti
seorang yang haji dan umrah. Rasulullah saw bersabda: sempurna, sempurna, sempurna.
(HR. Tirmidzi no.586 berkata Syaikh Al-Albani :
Hasan)
Diantara
Wirid Rasulullah saw
Makalah
ini bukan dimaksudkan mengumpulkan semua wirid Rasulullah saw di waktu pagi dan
petang, hanyalah maksud kita memberikan isyarat kepada sebagian dzikir tersebut
dengan harapan mendorong seorang muslim lebih mengerti tuntunan Rasulullah saw
yang demi Allah banyak dari manusia secara sengaja atau tidak sengaja berpaling
dari cahaya yang dibawa Rasulullah saw bahkan mengambil ilmu dari sumber yang
tidak pasti, ibarat seorang pengumpul kayu bakar di malam hari semua yang ia
raba diambilnya, ia tidak sadar bahwa diantara yang diambilnya adalalah ular
yang membinasakannya. Demikianlah perumpamaan seorang yang sembarang dalam
mengambil ilmu, tidak peduli apakah ilmu itu benar-benar dari Rasulullah saw
atau rekayasa pikiran dan hawa nafsu manusia, Allahul Musta’an.
Pertama:
Dari Utsman bin Affan, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Tidaklah menimpa
kemadharatan sedikitpun jika seorang
hamba membaca di tiap pagi dan petang:
بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شيءٌ في الأرض ولا في السماء وهو
السميع العليم
Dengan menyebut nama Allah Dzat yang tidak akan
membahayakan -bersama nama-Nya- sesuatupun makhluk di langit dan di bumi, dan
Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dibaca
tiga kali (HR. At-Tirmidzi beliau berkata: Hadits ini Hasan Shahih).
Dan adalah Aban –salah seorang perawi hadits- terkena
lumpuh separuh pada badannya, hingga seorang memandangnya (dengan keheranan
saat Aban menyampaikan hadits) Aban pun berkata: Mengapa engkau melihatku?
Adapun hadits, sungguh ia seperti apa yang kusampaikan padamu, akan tetapi aku
tidak membaca doa ini di hari sakit menimpaku, itu berjalan dengan taqdir Allah
ta’ala.
Kedua:
Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah saw bersabda: Jika
Engkau masuk di waktu pagi bacalah:
اللهم بك أصبحنا وبك أمسينا وبك نحيى وبك نموت وإليك المصير.
“Ya Allah, karena Engkau aku masuk di waktu pagi dan
karena Engkau pula Aku masuk di waktu petang, karena Engkau aku hidup, karena
Engkau pulalah aku mati dan kepada-Mu lah kembali.” Dan jika engkau masuk di waktu sore hari bacalah :
اللهم بك أمسينا وبك أصبحنا وبك نحيى وبك نموت وإليك
النشور" هذا حديثٌ حسنٌ
“Ya Allah, karena Engkau aku masuk di waktu sore dan
karena Engkau pula Aku masuk di waktu pagi, karena Engkau aku hidup larena
Engkau pulalah aku mati dan kepada-Mu lah manusia dibangkitkan.” (HR.
At-Tirmidzi beliau mengatakan: Hadits ini Hasan)
Ketiga:
Dari Syaddad bin Aus Ra Rasulullah saw bersabda
kepadanya: “Maukah kutunjukkan padamu (wahai Syaddad) sayyidul istighfar
(pengulu istighfar)? ucapkanlah:
اللهم
أنت ربي لا إله إلا أنت خلقتني وأنا عبدك وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت أعوذ بك
من شر ما صنعت وأبوء لك بنعمتك علي وأعترف بذنوبي فاغفر لي ذنوبي إنه لا يغفر
الذنوب إلا أنت.
Rasulullah
saw bersabda: Tidaklah seseorang mengucapkannya
di waktu sore lalu datan ajal sebelum waktu pagi kecuali dia akan
mendapatkan jannah, dan tidaklah ia ucapkan di waktu pagi lalu datang ajal
sebelum pagi kecuali dia akan
mendapatkan jannah (HR. At-Tirmidzi)
Keempat:
Dari
Abdullah bin Mas’ud Ra, Rasulullah mengajarkan dzikir sore:
أمسينا
وأمسى الملك لله. والحمد لله. لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد
وهو على كل شيء قدير. اللهم أسألك خير هذه الليلة. وأعوذ بك من شر هذه الليلة. وشر
ما بعدها. اللهم إني أعوذ بك من الكسل وسوء الكبر. اللهم إني أعوذ بك من عذاب في
النار وعذاب في القبر.
Kami
masuk waktu sore, demikian pula seluruh kerajaan, semuanya milik Allah. Segala
puji bagi Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata
tidak ada sekutu bagi-Nya, milik Dia-lah seluruh kerajaan, dan milik Allah
sajalah segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah aku
memohon kepadamu segala kebaikan pada malam ini dan aku berkindung dari segala
kejelekan pada malam ini dan kejelekan sesuahnya. Ya Allah Aku berlindung
kepada-Mu dari sifat malas dan masa tua yang jelek, Ya Allah aku berlindung
kepada-Mu dari Adzab neraka dan adzab Kubur. HR.
Muslim (4/2088 no.2723)
Kelima:
Dari
Abu Hurairah Ra, suatu saat berkata Abu Bakr: Wahai Rasulullah ajarkanlah aku
sesuatu kuucapkan di waktu pagi dan petang. Rasulullah
saw bersabda: Ucapkanlah
اللهم عالم الغيب والشهادة، فاطر السماوات والأرض رب كل شيء
ومليكه أشهد أن لا إله إلا أنت أعوذ بك من شر نفسي ومن شر الشيطان وشركه
Ya
Allah, Dzat yang mengetahui perkara yang ghaib dan nyata, pencipta
langit-langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan pemiliknya, aku bersaksi bahwa
tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak untuk diibadahi melainkan engkau, Aku
berlindung kepada-Mu dari kejelekan diriku, dan dari kejelekan syaiton dan
sekutunya.[1] (HR.At-Tirmidzi beliau
berkata: Hadits Hasan Shahih)
Adz-Dzabh (Menyembelih) adalah Ibadah
Diterjemahkan
oleh dari tulisan Asy-Syaikh Sa’d bin Hamad bin ‘Ali bin ‘Atiq
(1349 H)
Tidak
diragukan bahwa bertaqarrub kepada Allah I dengan Adz-Dzabh
(menyembelih) termasuk ibadah yang paling utama, ketaatan yang paling agung,
semulia-mulianya kebaikan dan seutama-utamanya nafaqah yang berpahala
besar bagi seorang muslim. Semua itu tentu jika tujuannya benar dan terbebas dari berbagai
noda dan sebab-sebab yang menghapuskan amalan dan menjadikannya sia-sia, atau
diiringi dengan berbagai kemaksiatan, yang denganya seorang justru akan disiksa
sebagaimana akan datang penjelasannya.
Allah I
berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah:
"Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb (Pencipta, Penguasa dan Pengatur) alam semesta. tiada sekutu
bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Al An’am : 162-163
Allah juga berfirman :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat
karena Rabbmu dan berkurbanlah (karena Rabbmu).” Al Kautsar:2
Al-Imam
Ibnu Katsir t berkata menafsirkan ayat pertama: “Allah I memerintahkan beliau r untuk mengkhabarkan kepada orang-orang musyrik
bahwasanya shalat dan sembelihan beliau r hanyalah untuk Allah semata, (tidak sebagaimana
musyrikin) yang mereka menyembah berhala dan menyembelih untuknya. Kemudian
Allah I
memerintahkan beliau r untuk
menyelisihi dan mengingkari perbuatan mereka serta memerintahkan untuk
beribadah dengan niat, tujuan dan maksud yang ikhlas karena Allah semata.
Berkata Mujahid[2] t:
lafadz “An-Nusuk” –dalam firman Allah: (نُسُكِي ) –maknanya: “Sembelihan yang dilakukan
ketika haji dan umrah”.[3]
Berkata Ats-Tsauri[4] t,
dari As-Suddi[5],
dari Sa’id bin Jubair[6],
bahwa makna “(نُسُكِي)” adalah “sembelihanku”.
Demikian Adh-Dhahhak berkata[7].
Selesai perkataan Ibnu Katsir t. [8]
Maka apa yang disembelih
seorang muslim untuk bertaqarrub kepada Allah I, baik
berupa hadyu, kurban atau
sembelihan syar’i lainnya[9] semua termasuk ibadah yang Allah I
perintahkan kepada hamba-Nya.
[Peringatan Dari Dosa Yang
Tidak Diampuni.]
Karena menyembelih adalah salah
satu jenis ibadah, oleh karenanya siapapun melakukan amalan
tersebut untuk selain Allah, maka Yang melakukannya keluar
dari
lingkaran islam, dan ia akan kekal selamanya di dalam neraka jika tidak
bertaubat dari kesyirikannya.
Dahulu, orang-orang musyrik bertaqarrub kepada
berhala-berhala dengan berbagai bentuk qurbah (ibadah) seperti
menyembelih, bernadzar dan yang lainnya. Semua itu adalah bentuk kesyirikan
yang Allah I
haramkan. Allah mengkhabarkan bahwasanya Dia tidak akan mengampuni dosa syirik
sebagaimana firman-Nya :
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang dibawah syirik, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya” An-Nisa:
48, 116.
Allah juga berfirman :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), sungguh
akan hapuslah amalmu dan pasti kamu termasuk orang-orang yang merugi”. Az-Zumar:65.[10]
Dalam ayat lain Allah berfirman:
إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah haramkan atasnya surga, dan tempat kembalinya
adalah neraka.” Al Mai’dah:72
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Bakrah t dari bapaknya, berkata: Nabi r bersabda
ألَا أُنَبِّئُكُمْ بأكْبرِ الكَبائِرِ؟. ثَلاثًا، قالوا: بَلَى يَا رَسولَ اللهِ، قال: الإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ - وَجَلَسَ وَكانَ مُتَّكِئًا، فَقال - أَلا وَقَوْلُ الزُّوْرِ)). قال: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ.
“Maukah aku beritahukan kepada kalian
tentang dosa-dosa besar yang paling besar? (beliau mengulangi pertanyaan tiga
kali). Mereka menjawab: Tentu wahai Rasulullah. Beliau bersabda “Yaitu;
menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua”. Semula Rasulullah r bersandar, lalu duduk, kemudian bersabda: “Dan persaksian palsu”.
Beliau terus mengulang-ulangnya, sampai kami mengatakan (dalam hati),
Mudah-mudahan beliau diam.[11]
Dari Shahabat Abdullah bin ‘Abbas h, beliau meriwayatkan bahwasanya
Rasulullah r pernah ditanya tentang dosa-dosa besar. Maka beliau r menjawab :
الشِّرْكُ بِاللهِ, وَالْيَأْسُ مِن رَوْحِ
اللهِ, والأمْنُ مِن مَكْرِ اللهِ.
“(Termasuk
dosa-dosa besar) adalah berbuat syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat
Allah dan merasa aman dari makar Allah”.[12]
Dari Ibnu Mas’ud t berkata :
أَكْبَرُ الكَبائِرِ الإشْراكُ بِاللهِ, والأمْنُ مِن مَكْرِ اللهِ والقُنُوتُ مِن رَحْمَةِ اللهِ وَالْيَأْسُ مِن رَوْحِ اللهِ.
“Dosa-dosa besar
yang paling besar adalah berbuat syirik kepada Allah, merasa aman dari makar
Allah dan putus asa dari rahmat Allah”.[13]
[Dali-dalil Tentang Terlaknat dan Kufurnya Menyembelih Untuk Selain
Allah][14]
Dalam Shahih Muslim, Sahabat Ali bin
Abi Thalib t berkata: Rasulullah r memberitahukan kepadaku empat perkara yaitu: “Allah melaknat
orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang
melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat orang yang melindungi muhdits[15]
dan Allah melaknat orang yang merubah batas-batas[16]
bumi.”[17]
Diriwayatkan
pula dari Sahabat Thariq bin Syihab t, bahwasanya Rasulullah r bersabda :
دَخَلَ الجَنَّةَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ وَدَخَلَ النارَ رجلٌ في ذُبَابٍ» قالوا: وَكَيْفَ ذلِك يا رَسولَ اللهِ؟ قال: «مَرَّ رَجُلانِ عَلَى قَوْمٍ لَهُمْ صَنَمٌ لا يَجُوْزُهُ أَحَدٌ حَتّىَ يُقَرِّبَ لَهُ شَيْئاً، فَقالوا لِأَحَدِهِمَا: قَرِّبْ! قَال: لَيْسَ عِنْدِي شَيْءٌ أُقَرِّبُ. قَالُوا لَهُ: قَرِّبْ وَلَوْ ذُبَاباً. فَقَرَّبَ ذُبَاباً، فَخَلُّوا سَبِيْلَهُ، فَدَخَلَ النَّارَ. فَقالوا لِلْآخَرِ: قَرِّبْ ! فَقَال: مَا كُنْتُ لِأُقَرِّبَ لِأَحَدٍ شَيْئاً دُوْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ. فَضَرَبُوا عُنُقَهُ، فَدَخَلَ الجَنَّةَ
“Ada seseorang
masuk surga karena seekor lalat dan ada seseorang masuk neraka karena seekor
lalat pula”. Para sahabat bertanya, Bagimana hal itu wahai Rasulullah?. Beliau
menjawab : “Dahulu ada dua orang yang berjalan melewati suatu kaum yang
memiliki berhala, yang tidak seorang pun diperkenankan melewatinya sebelum
mempersembahkan sesuatu kepadanya. Maka berkatalah mereka kepada salah satu
diantara keduanya: ‘Persembahkan kurban kepadanya !’ Dia menjawab: ‘Aku tidak
mempunyai sesuatu untuk kupersembahkan.’ Mereka menimpali: ‘Persembahkan
walaupun seekor lalat’. ia pun mempersembahkan lalat. lalu mereka memperkenakannya
untuk meneruskan perjalanan, maka (dengan sebab itulah) ia masuk neraka.
Kemudian mereka berkata kepada yang lain: ‘Persembahkan kurban kepadanya !’ Dia
menjawab: ‘Tidak pantas bagiku untuk mempersembahkan sesuatu kepada selain
Allah U !.’ Maka mereka memenggal lehernya, sehingga ia pun masuk surga”.[18]
[1] Doa ini juga dibaca saat
hendak tidur.
[2] Abul Hajjaj, Mujahid bin Jabr Al-Makhzumi
Al-Makki, tsiqah, imam di bidang Tafsir. Wafat tahun 101 H. Lihat At-Taqrib:
520.
[4] Abu ‘Abdillah, Sufyan bin Sa’id bin Masruq
Ats-Tsauri Al-Kufi. tsiqah, Hafidz, Faqih, ‘Abid, Imam,
hujjah, terkadang beliau melakukan tadlis. Wafat tahun 161 H. Lihat At-Taqrib
:244.
[5] Abu Muhammad, Isma’il bin ‘Abdirrahman bin
Abi Karimah Al-Kufi. Shaduq yahim.
[6] Sa’id bin Jubair Al-Asadi -maula bani Asad- Al Kufi. Tsiqah, tsabt, faqih.
Wafat tahun 95 H. Lihat Taqrib: 234.
[7] Abul Qasim,
Adh-Dhahak bin Muzahim Al-Hilali. Shaduq (jujur) namun banyak meriwayatkan
secara irsal (terputus sanadnya). Wafat tahun 101 H. Lihat Taqrib: 280.
[8] Tafsir Ibnu Katsir 3/377.
[9] Seperti aqiqah, hadyu, nadzar
[10] Lihatlah, betapa tandasnya peringatan Allah
atas manusia dari kesyirikan. Para nabi dan rasul, termasuk nabi Muhammad saw
seandainya melakukan kesyirikan, Allah akan hapuskan dan gugurkan semua amalan
yang telah dilakukan betapapun besarnya amalan mereka, lalu bagaimana jika yang
melakukan kesyirikan selain nabi dan rasul? hanya saja nabi dan rasul mereka
ma’shum, dijaga oleh Allah dari kesyirikan, adapun selain mereka tidak ada
jaminan hanyalah yang kita lakukan selalu memohon pertolongan kepada Allah dari
kesyirikan dan melindungi diri kita dari perbuatan-perbuatan yang menggugurkan
amalan -ed
[11] Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya
no. 2654, 5976, 6273,6274, 6919 , Muslim no. 87 dan At-Tirmidzi dalam Al Jâmi’
no. 2302.
[12] Dikeluarkan oleh Al Bazzar dalam Al-Musnad
no. 106, Ath-Thabarani dalam Al Ausath seperti dalam Majma’ Az-Zawâid (1/104).
Al Haitsami berkata: Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Ath-Thabarani.
Perawi-perawinya tsiqah (terpercaya). Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim
dalam At-Tafsir dengan sanad hasan seperti dalam Addur
Al Mantsur 2/147. Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya 2/243. : dalam
isnadnya ada nadzar. Dan yang lebih benar bahwasanya hadits tersebut mauquf.
[13] Dikeluarkan Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf
10/459, Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya no: 9190, 9193, 9196.
Ath-Thabarani dalam Al Kabir: 8783.
‘Abd bin Humaid, Ibnul Mundzir,
Ibnu Abi Dunya dalam Kitab At-Taubah seperti dalam Addur Al Mantsur
2/197. Al Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya: 2/243: itu shahih tanpa
diragukan. Berkata Al Haitsami dalam Majma’ Az-Zawâid: 1/104 : Isnadnya shahih.
[14] Semua dalil-dalil tentang kafirnya orang
yang mensekutukan Allah dalam beribadah adalahjuga dalil akan kafirnya
menyembelih untuk selain Allah, seperti dalil-dalil yang dinukilkan penulis sebelumnya,
karena menyembelih adalah ibadah, maka barangsiapa menyembelihnya untuk selain
Allah seperti yang banyak dilakukan di negeri ini di bulan muharram dalam acara
sedekah bumi atau larungan perbuatan itu tergolong syirik besar yang
mengeluarkan pelakunya dari islam –ed.
[15] Muhdits artinya orang yang melindungi pelaku kejahatan dan melindunginya
dalam khusumah (yakni agar tidak
ditegakan hukum had padanya, padahal ia berhak). Dalam
sebagian riwayat menggunakan kalimat “Muhdats” yakni ridha dan tidak mengingkari
kebid’ahan padahal mampu –pent).
[16] Yakni papan
penunjuk jalan dan batas-batas tanah. Al Mashdar As-Sabiq.
[17] HR. Muslim : 1978, An-Nasa’i dalam Al
Mujtaba 7/232, Ahmad dalam Al Musnad 1/108, 118, 152. Lihat kelengkapan takhrijnya dalam Fathul Majid.
[18]
Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Az-Zuhd no. 22 dan Abu Nu’aim Al-Ashbahani
dalam Al-Hilyah (1/203) secara mauquf dari Shahabat Salman Al Farisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar